SELAMAT BERGABUNG DENGAN BLOGNYA MAS KRIS. "ASSALAMU ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUH"

Minggu, 12 Desember 2010

NILAI TES UAS I KLS VII B

NILAI UAS I KLS VII B MAPEL BHS INDONESIA
1)75,7 2)77,1 3)80 4)82,9 5)81,4 6)85,7 7)80 8)84,1 9)82,9 10)84,3

11) 80 12)78,6 13)77,1 14)84,3 15)82,9 16)80 17)75,7 18)87,1 19)80 20)84,3

20)84,3 21)87,1 22)82,9 23)85,7 24)84,3 25)77,1 26)81,4

NILAI UAS I KLS VII C MAPEL BHS INDONESIA
1)Rifandi 88,6 2) Anita 92,9 3)82,9 4)70 5)84,3 6)84,3 7)71,4 8) 82,9 9)80

10)74,3 11)87,1 12)85,7 13)85,7 14)72,9 15)78,6 16)84,3 17)81,4 18)78,6

19)82,9 20)78,6 21)84,3 22)75,7 23)88,6 24)70 25)84,3 26)84,3 27)81,4 28)84,3

NILAI UAS I KLS VII D MAPEL BHS INDONESIA
1)81,4 2)81,4 3)- 4)75,7 5)- 6)78,6 7)81,4 8)77,1 9)90 10)85,7 11)82,9
12)77,1 13)84,3 14)81,4 15)84,3 16)85,7 17)84,3 18)75,7 19)84,3 20)84,3
21)88,6 22)80 23)87,1 24)84,3 25)78,6 26)85,7 27)84,3 28)78,6

NILAI UAS I KLS VII E MAPEL BHS INDONESIA
1)85,7 2)85,7 3)87,1 4)81,4 5)82,9 6)84,3 7)84,3 8)78,6 9)81,4 10)80 11)84,3 12)90 13)81,4 14)84,3 15)80 16)80 17)78,6 18)87,1 19)81,4 20)87,1 21)85,7 22)85,7 23)75,7 24)81,4 25)82,9 26)85,7
READ MORE - NILAI TES UAS I KLS VII B

PENGUMUMAN NILAI UAS I KELAS 7A--7E MAPEL BHS INDONESIA

Kelas VII A
No. 1) 80 2)75,7 3)82,9 4) 85,7 5)88,5 6)87,1 7)82,9 8)81,4 9)72,9 10)84,3

11)81,4 12)80 13)74,3 14)77,1 15)85,7 16)82,9 17)- 18)70 19) 75,7 20)82,9

21)77,1 22)75,7 23)78,6 24)88,6 25)84,3 26)84,3
READ MORE - PENGUMUMAN NILAI UAS I KELAS 7A--7E MAPEL BHS INDONESIA

Jumat, 03 Desember 2010

KARYA ILMIAH SARTONO

KETERGANTUNGAN BUKU CETAK
MENGURANGI PROFESIONALITAS GURU
Oleh: Sartono, S.Pd.

ABSTRAK

Pemerintah menetapkan berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bagi sekolah dasar dan menengah sejak tahun 2007. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanankan dimasing-masing satuan pendidikan. Pengembangan KTSP mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompertensi Kelulusan (SKL) yang ditetapkan standar nasional pendidikan dan berpedoman pada panduan penyusunana kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Diberlakukannya KTSP seorang guru dituntut untuk mampu menunjukkan Profesionalitasnya, yaitu mampu menjabarkan Standar Kopetensi (SK) dan Kmpetensi Dasar (KD) kedalam materi pokok, kemudian menjabarkan lagi menjadi konsep-konsep pokok penyusunnya untuk memmperoleh materi esensial dan mengembangkannya menjadi silabus. Kegitan seperti ini tak akan dilakukan oleh seorang guru yang proses pembelajaran terhadap siswanya hanya menggantungkan buku-buku cetak di pasaran.

Kata Kunci : Profesionalitas, Buku cetak.


Sangat disayangkan keputusan suatu sekolah yang mengijinkan guru-gurunya mendistribusikan buku-buku materi pelajaran (buku cetak) kepada siswa-siswanya. Dengan alasan bahwa buku yang diedarkan sebagai pedoman mengajar, atau pedoman pokok, membuat siswa merasa takut dan khawatir sehingga termotivasi untuk membeli. Cara ini sebenarnya suatu scenario tersembunyi yang mengandung unsure pemaksaan terhadap siswa untuk membeli buku. Bagaimana tidak! Ketika guru mengatakan “Buka dan pelajari materi A halaman sekian sampai sekian” akan berdampak bagi siswa yang tidak memiliki buku terbebani mentalnya. Ini terjadi khususnya bagi siswa-siswi Sekiolah Dasar (SD).
Perlu disadari bahwa keadaan ekonomi orang tua setiap siswa tidak sama, ada yang lebih, ada yang cukup, ada yang kurang, bahkan ada yang sangat kurang. Jika harga satu buku cetak dirata-rata Rp 25.000,00 misalnya, maka berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk lima sampai sepuluh buku. Yang memprihatinkan lagi khususnya dikalanganSekolah Dasar masa berlaku buku itu hanya satu tahun (dua semester), sehingga ditahun ajaran berikiutnya para orng tua siswa dihadapkan pada masalah yang sama. Dengan alasan penyempurnaan, buku-buku itu dirubah caver dan halamannya sehingga terkesan beda disbanding buku sebelumnya. Sebenarnya jika ditelaah muatan buku baru dan lama tidak ada bedanya, namun dengan cara ini membuat buku-buku itu laris terjual di sekolah-sekolah. Tampak jelas bahwa langkah-langkah yang diambil oleh pihak penerbit dan pengedar hanya satu orentasinya, yaitu masalah ekonomi, apalagi kalau bukan karena uang!
Lalu bagaimanakah? Apakah guru dan siswa harus dilarang menggunakan buku cetak? Uraian berikut ini akan menganalisi kelemahan-kelemahan yang dimungkinkan terjadi pada guru dan siswa jika proses pembelajaran di sekolah hanya mengandalkan pda buku cetak. Kemudian juga apa yang harus dilakukan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya agar menjadi lebih professional.

BUKU CETAK TIDAK BISA MEWAKILI SETIAP SEKOLAH

Pada umumnya uraian pada buku cetak menjabarkan semua konsep pada materi-materi pokok tanpa adanya pemilihan konsep esensial. Hal ini menyebabkan pembahasan materi terlalu panjang lebar. Pernah penulis menelaah uraian materi pada buku IPA Biologi, PKn, Dan IPS antara buku kelas 5 SD dengan kelas 8 SMP hamper tidak ada bedanya. Pada hal perkembangan intelektual siswa SD sebatas pada pemikiran yang konkrit, karma daya otak terbatas pada obyek melalui pengamatan langsung (Jean Piaget). Jika yang terjadi demikian berapa persen target pembelajaran akan tercapai?
Seorang guru seharusnya melakukan penjabaran materi pokok menjadi konsep-konsp yang dianggap esensial dalam mencapai target yang telah ditentukan, karena guru lebih tahu karakteristik sekolah dan siswanya.
Seorang penulis buku untuk pelajaran tertentu tidak mungkin melakukan investigasi ke setiap sekolah, misalnya diambil sampel pun tidak akan bisa mewakili semua sekolah yang ada. Maka hamper dipastikan bahwa buku dibuat berdasarkan kontek penulisnya yang tidak akan bisa mewakili kontekkesehariansiswa. Belum lagi dihubungkan dengan sarana prasarana yang ada di sekolah, fasilitas yang dimiliki masing-masing sekolah tidak sama, yang tentunya tidak mungkin untuk mengikuti alur proses pembelajaran yang ada pada buku cetak.

PENGGUNAAN BUKU CETAK BERAGAM

Bisa diteliti di sekolah-sekolah, hamper tiap sekolah menggunakan buku cetak yang berbeda, ini tergantung transaksi antara guru dan penerbit, tentunya diambil yang paling menguntungkan. Masih ada baiknya jika karena pertimbangan materi buku, tetapi akan menjadi musibah jika pemakaian buku cetak karena pertimbangan keuntungan uang semata. Bisa dibayangkan , masing-masing sekolah memiliki pedoman buku cetak berbeda-beda, ini dalam satu lingkup kabupaten, belum meluas ketingkat propinsi, bahkan nasional. Jika hal seperti ini benar-benar terjadi hanya akan membawa kwalitas pendidikan kita semakin ketinggalan disbanding negara lain.
Penulis tujukan kepada rekan-rekan guru yang masih mengandalkan buku-buku cetak sebagai bahan pembelajaran, hendaknya kita sadaribahwa guru yang kompeten adalah guru yamg mau belajar sepanjang hayat (Haryati). Penggunaan buku cetak sebagai standar pembelajaran akan menumbuhkan tipe guru yang malas berfikir, suatu sifat yang sangat tidak pantas ada pada seorang guru.

KEHARUSAN GURU UNTUK MELAKUAKAN ANALISIS DAN MEMILIH KONSEP ESENSIAL

Dalam pelaksanaan pembelajaran, seorang guru tidak dibenarkan hanya berpedoman materi yang termuat dalam buku cetak, walaupun buku itu disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku. Buku cetak tidak bisa mewakili semua sekolah, isi dan uraiannya yang cenderung pnjang lebar tidak mungkin diberikan dalam waktu yang sangat terbatas.
Guru dituntut untuk bisa menunjukkan sifat profesionalitasnya, diantaranya ada kemauan untuk belajar sepanjang hayat, kreatif berfikir dalam rangka mebelajarkan siswa, dan mampu membelajarkan siswa berdasarkan filosofi konstrutivisme. Ketika berangkat ke sekolah guru harus berfikir “Bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan berfikir “Bagaimana mengajar siswa”. Guru harus mampu menyusun bahan pembelajaran yang tepat untuk mencapai target yang diingikan. Untuk itu guru haruas melakukan analisi dan memilih konsep esensial.
Di dalam Standar kompetensi tiap mata pelajaran pada kurikulum 2004 terdapat kompetensi dasar dan indicator ketercapaian kompetensi dasar dan materi pokoknya. Kompetensi dasar, indicator ketercapaian kompetensi dan materi pokok ini merupakan acuan pengembangan bahan pembelajaran. Analisis konsep adalah langkah untuk menjabarkan materi pokok menjadi konsep-konsep penyusunnya, sementara pemilihan konsep esensial adalah proses pemilihan beberapa konsep utama untuk dikembangkan menjadi bahan pembelajaran dengan memperhatikan kompetensi yang akan dicapai dan indictor ketercapaian kompetensi.
Analisis konsep esnsial adalah langkah untuk menjabarkan materi pokok menjadi komponen-komponen generalisasi atau konsep esensial penyusunnya. Dari generalisasi dan konsep esensial ini dapat dikembangkan bahan pembelajaran yang efektif dan efisien. Langkah analisis konsep dapat ditunjukkan pada diagram di bawah ini. Terlihat bahwa sebuah materi pokok tersusun atas beberapa generalisasi. Sementara sebuah generalisasai menghubungkan dua atau lebih konsep. Konsep-konsep yang membentuk generalisasi ini sering kali masih memiliki peluang untuk dijabarkan beberapa konsep yang lain.
GAMBAR DIAGRAM

Dalam pengembangan bahan pembelajaran tidak semua konsep yang telah dijabarkan dalam analisis konsep esensial dijadikan bahan pembelajaran. Kita perlu memilih konsep-konsep esensial dari materi pokok yang dimaksud. Salah satu pertimbangannya adalah dengan melihat apakah konsep-konsep tersebut terdapat dalam indicator. Dengan demikian bahan pembelajaran diharapkan dapat mencapai kompetensi yang diinginkan.

APAKAH TIDAK BOLEH MENGGUNAKAN BUKU CETAK?

Setelah konsep-konsep esensial dipilih, langkah berikutnya adalah pengembangan syllabus. Silabus ini yang nantinya dikembangkan menjadi bahan pembelajaran yang salah satu luarannya pengembangan scenario pembelajaran. Langkah pertama yang perlu dilakukan untuk mengembangkan syllabus menjadi scenario pembelajaran adalah mengumpulkan bahan-bahan acuan, disinilah peranan buku cetak yakni sekedar digunakan sebagai acuan scenario pembelajaran. Acuan yang digunakan dalam menyusun scenario pembelajaran tidak dibatasi hanya pada buku cetak, tetapi juga bisa buku eksperimen, ensiklopedi, multimedia atau surat-surat kabar yang relevan.
Jadi sangat jelas bahwa status buku cetak bukanlah pedoman untuk pembelajaran, namun sekedar referensi bagi guru untuk menambah wawasan. Demikian juga untuk siswa bahwa buku cetak boleh dimiliki bahkan dianjurkan untuk membeli bagi yang ada kemampuan tanpa ada pakasaan dan ketentuan buku yang harus dibeli.

PENUTUP
Dengan melakukan analisis dan memilih konsep esensial membuat guru menjadi kreatif berfikir, penuh inovasi, dan memudahkan guru untuk menerapkan sistim pembelajaran dengan filosofi konstruktivisme. Guru akan selalu berfikir membuat bahan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan dan fasilitas yang ada, karena guru yang lebih mengerti karakteristik sekolah dan siswanya, sehingga tidak terfikirkan lagi dalam proses pembelajaran hanya mengandalkan isi buku cetak yang ada.
Keberadaan buku cetak yang ada disikapinya sebagai bahan untuk memperkaya khasanah keilmuan baik bagi guru maupun siswa dan tidak akan menjadikannya sumber utama dalam proses pembelajaran. Hal demikian dapat mengurangi gejolak para orng tua siswa yang merasa selalu dibingungkan karena adanya keharusan membeli buku. Guru akan memberi kebebasan kepada siswa terhadp buku yang harus dibeli atau bahkan tidak membeli.
Semua guru harus menyadari bahwa jabatan guru adalah jabatan profesional yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Jabatan professional itu akan tetap terjaga jika seorang guru mampu melaksaanakan tuntutan-tutuntutan yang telah ditetapkan.
READ MORE - KARYA ILMIAH SARTONO

Rabu, 01 Desember 2010

Kisi-kisi UAS Kelas VII SMT 1 tahun 2010/2011

1. Pantun (ciri-ciri, contoh)
2. Menulis Surat pribadi (bagian-bagian surat)
3. Menemukan Pokok-pokok berita
4. Menentukan unsur intrinsik dongeng/cerpen
5. Menyimpulkan berita/wacana
6. Menulis pengumuman
7. Mencari relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang
8. Membaca cepat (menemukan gagasan utama)
9. Menemukan pesan moral dongeng
READ MORE - Kisi-kisi UAS Kelas VII SMT 1 tahun 2010/2011